Nama Panggilan: Pilih yang Bunda Suka dan Bikin Anak Bangga

nama_panggilanNama aslinya Luqmansyah. Kami biasa memanggilnya dengan sebutan Menyeng. Dia adalah supir di kantor tempat saya bekerja. Konon kabarnya, riwayat munculnya nama menyeng ini berawal sejak ia masih kecil. Saat itu ia sering sakit-sakitan. Bahkan sering pingsan. Kondisinya yang sering sakit hingga pingsan, menyebabkan kedua matanya miring (menyeng).

Sejak itulah nama Menyeng secara resmi disandangnya. Semua orang memanggilnya dengan sebutan Menyeng. Mulai dari tetangga, teman sebaya, pegawai kelurahan, penjaga kantin, hingga guru-guru dan kepala sekolah, semua memanggilnya dengan pangilan Menyeng. Pun hingga kini, saat ia sudah sehat dan matanya sudah kembali normal. Semua orang tetap mengenalnya dengan nama Menyeng. Nama Menyeng seakan sudah melekat dalam hidupnya, tak terelakkan, tak bisa dilepaskan.

Banyak diantara kita yang mungkin memiliki cerita yang sama dengan Menyeng. Terlahir dengan nama indah dan bermakna, namun lebih dikenal dengan nama alias. Ada beberapa penyebab munculnya nama alias ini.

1. Sebagai bentuk identifikasi.
Beberapa orang kadang memiliki nama yang sama. Ada beberapa nama yang memang sangat familiar, sehingga begitu banyak orang tua yang memilihnya untuk dijadikan nama anak-anaknya. Untuk membedakan mereka yang bernama sama, biasanya ada sebutan khusus bagi masing-masing. Arie Tulang dan Arie Daging contohnya. Keduanya menyandang nama julukan, untuk memudahkan identifikasi, agar tidak tertukar. Yang kurus dikenal dengan nama Ari Tulang, sementara yang badannya lebih berisi, disapa dengan nama Ari Daging.

Seorang kerabat biasa kami panggil Om Robert, padahal nama aslinya Junaidi. Namun lingkungan memanggilnya dengan nama Robert, sebagai pembeda dengan Junaidi lainnya. Robert diambil dari kata Trebor (dibaca dari belakang), nama pabrik permen tempat Junaidi bekerja. Untuk membedakan dan memudahkan identifikasi, Junaidi yang bekerja di pabrik Trebor, dipanggil dengan nama Robert. Sebuah upaya yang kreatif bukan?

2. Sebagai bentuk kedekatan.
Adakalanya seseorang memiliki nama panggilan khusus sebagai bentuk kedekatan. Ini biasa terjadi di lingkungan pergaulan anak muda, khususnya para pria. Mereka memiliki nama alias atau julukan khusus, yang berlaku secara terbatas di kalangan mereka. Nama julukan yang disandangkan bisa memiliki makna tertentu, atau bisa juga tak bermakna sama sekali. Arif, teman sekelas saya di kampus, selalu di sapa dengan nama Koben oleh teman-teman dekatnya. Usut punya usut, Koben adalah julukan untuk Arif, si anak band, yang ternyata ngefans dengan mendiang Kurt Cobain, vokalis Nirvana.

3. Sebagai bentuk eksistensi.
Beberapa orang merasa nyaman dan percaya diri dengan nama pemberian orangtuanya. Sebagian lainnya tidak. Bermacam alasan yang membuat mereka merasa tidak nyaman dengan nama aslinya. Ada yang merasa nama aslinya kurang modern, ada yang merasa terlalu berat dengan nama pemberian orangtua, ada yang hanya alasan kenyamanan saja. Namun yang pasti, mereka yang memilih untuk populer dengan nama alias, tengah berusaha untuk membangun eksistensi diri.

Seorang montir langganan, memiliki nama julukan yang unik, Kacrut. Ia seorang montir handal dan professional. Skill yang ia miliki sebagai montir memang luar biasa. Ia mampu mengidentifikasi masalah kendaraan, dengan hanya mendengar suara mesin saja. Sebuah kemampuan spesial yang membuat ia jadi dikenal banyak orang. Dan ia kadung terkenal dengan nama Kacrut. Hingga kini tak ada orang yang mengenal nama aslinya. Kacrut sudah sedemikian eksisnya, hingga ia merasa tak perlu lagi mengenalkan nama aslinya.

4. Perwujudan kasih sayang.
Ini biasa terjadi di lingkungan keluarga. Beberapa orang tua kadang memanggil anak-anak mereka dengan pangilan kesayangan. Panggilan khusus, yang sengaja di lekatkan pada anak. Namun seringkali nama panggilan ini menjadi kontraproduktif, karena bermakna negative bagi sang anak. Padahal nama panggilan, erat kaitannya dengan citra diri (self esteem) anak. Seorang anak akan memandang dirinya sendiri, sesuai/searah dengan nama yang dilekatkan orang terdekat pada mereka. Seorang anak bisa jadi tidak Pede dengan penampilan fisiknya, manakala keluarganya kerap menyapa dengan panggilan si pipi tembem, atau si pesek.

Ada sebuah penelitian tentang bagaimana sebuah nama dapat mengubah persepsi tentang moral, keceriaan, kesuksesan, bahkan maskulinitas dan feminitas. Dalam pergaulan anak, mungkin ada masa, dimana mereka yang memiliki nama yang tidak biasa mungkin akan mengalami masa-masa diledek atau diganggu oleh teman-temannya karena namanya dianggap aneh.

Dalam kaitannya dengan nama panggilan anak, Rasulullah sudah mengingatkan kita dalam sebuah haditsnya.“Sesungguhnya pada hari kiamat nanti kamu sekalian akan dipanggil dengan nama-nama kamu sekalian dan nama-nama bapak-bapak kamu sekalian. Oleh karena itu, buatlah nama-nama yang baik untuk kamu sekalian.”

Panggillah anak dengan sebutan nama yang baik, indah dan disenangi mereka, karena nama seperti itu dapat membentuk kepribadian yang baik, memumbuhkan rasa cinta dan mengajak mereka untuk menghormati diri sendiri.

Kenalkan anak dengan nama mereka sedini mungkin. Panggil mereka dengan panggilan kesayangan sejak mereka masih bayi. Karena panggilan nama berguna untuk merangsang respon bayi, dan mengecek system pendengaran mereka. Meningkatkan hubungan kedekatan bayi dengan lingkungan keluarga. Dan melatih bayi untuk mengenal diri mereka sendiri dengan mengenalkan nama panggilannya.

Anak juga perlu mengetahui dan paham tentang arti namanya. Pemahaman yang baik terhadap nama mereka akan menimbulkan perasaan memiliki, perasaan nyaman, bangga dan perasaan bahwa dirinya berharga.

Alangkah bijaknya kita, jika kita memberikan panggilan kesayangan yang bermakna baik dan positif bagi anak-anak. Agar mereka dapat tumbuh dengan rasa percaya diri yang tinggi. Dapat memandang positif diri serta mampu menghargai diri mereka sendiri secara santun.

Kredit foto: Billy

Leave a Reply